Minggu, 23 Januari 2011

Selasar Butuh Selasar

terlunta dimana tak kuat.
dimana begitu banyak aku diadili orang banyak.
sesumbar sekali mereka atas hidupku.
cepat sekali mereka paham atas suatu masalah.
padahal bukan itu yang terjadi.
tapi mereka selalu saya sok pandai.
sok pintar.
padahal mereka semua adalah kosong.
hampir saja aku masuk dialur mereka.
tak mampu kujaga diri ini untuk bisa bertahan diantara mereka.
payah sekali aku ini.
tapi tak mengapa tak jadi soal juga.
aku sudah kembali ke duniaku.
dan biarkan mereka terus begitu sejadinya.
hingga mereka mati.
dan tidak membawa apapun dari dunia ini.
wahai Selasar tempat segala warna timbul.
teruslah engkau ada.
dan buatlah mereka yang menempatimu menjadi nyaman seada-adanya.
jangan kau campuri urusan diluaran Selasarmu.
sebab tak ada guna pula.
mengurusi kegiatan luaran.
tetapi sejatinya.
didalam butuh sekali perhatian.
dan kau.
penghuni Selasar sebelahku.
aku kembali untukmu kasarnya.
untuk bisa mengenalmu.
dan berceloteh keras kepadamu.
tentang keadaan diluaran selasar ini.
dan kau.
pembuat warna Selasar disampingku.
apakah kau baik baik saja?
apakah kau kesepian dan selalu dirundung duka?
lalu khawatir akan ku?
dan kau.
jingga Selasar.
tak usah cemas sedikitpun.
karena aku hanya terluka sepersekian.
dari yang kubayangkan sendiri.
dan kau.
yang kutahu gerak tubuhmu.
mari mendekat ke bagianku.
karena aku tak mampu berjalan kearahmu.
tak mampu masuk dan menduduki bangku kosongmu itu.
bukan nya enggan.
tapi memang tak kuat saja diriku ini.
letih lemah.
dan butuh sedikit air dari telaga Selasar ini.
maka bawakan lah itu untukku.
setetes saja.
tak jadi masalah juga.
aku butuh keniatan mu itu.
tak berapa jadi soal banyak atau tidaknya kau bawa air itu.

Selasar adalah tempat nyaman dimana kita bisa membuat warna dunia kita sendiri.
tapi ketika kita mencapai ke luaran dari Selasar ini.
maka terkontaminasi saja ktia.
terusung virus yang tidak ada penawarnya.
selain berada di Selasar ini.
dan kau.
yang ada disebelah Selasar bagianku ini.
siapkan dirimu.
jika kau bertemu denganku.
aku tidak berharap kau menyukaiku.
karena tidak tampannya diri ini.
semoga kau siap akan hal kecil itu.
jumpa pertama maka akan berlanjut seterusnya.
paradigma fisik kian melekat hingga sekarang.
aku harap kau bukan seperti itu.

Kirana Oakisetya Abrahamis

Senin, 17 Januari 2011

Kembali Datang Selasar

akhirnya kau kembali,
wahai kau yang seharusnya duduk disebelahku ini,
tentunya dengan pesona yang lebih menarik dari sebelumnya,
tapi mengapa kau agak lusuh dan terbilang sangat masam dari sebelumnya,
ada apakah?
dan ada apakah kau kembali ke Selasar ini?
apa yang membuatmu untuk mengunjungi tempat ini kembali?
apa kau merindukkan ini?
tempat kau dimana bisa seenaknya membuat warna duniamu?
tempat dimana kau bisa berlaku sesukamu?

demikian,
aku sungguh senang kau kembali,
kau tahu,
bahwa aku menunggu kedatanganmu?
kau pahamkan,
meninggalkan Selasar ini tanpa bekas dan jejak,
sungguh sekali kau ini,
tapi kini tak jadi soal,
karena kau sudah kembali,
walaupun tidak kutahu pasti,
datang untuk atau tidak,

apa yang kau lakukan diluaran Selasar ini?
apa sudah terkontaminasi juga akan kondisi diluaran sana?
maka kau kembali dengan sekujur tubuh rontamu kini,

memang begini,
setiap hari aku selalu bertanya pada diri sendiri,
mengapa kau hilang begitu saja,
secepat yang kau bisa,
ataukah aku ada salah,
hingga kau tega membuatku memikirkanmu,

terserah bagaimana dirimu kini,
sebelumnya,
bahkan nanti,
sudah saatnya aku menghampiri Selasar bagianmu,
karena aku ini kosong,
sendiri dan tak ada satupun yang bisa kuajak berceloteh,
hingga aku masuk kedalam lubang yang seharusnya aku terjerembab sekarang,

ada harap kecil untukmu,
jangan kau tepis warna yang kupancarkan, 
karena aku tidak pernah menolak pesonamu,
sungguh ini yang harapan kecil,
dari yang kecil,

bersiaplah kau,
karena aku akan datang dengan segala kekuranganku,
tapi maaf sebelumnya,
jika aku tidak sesuai dengan harapmu.

Andalusia Odittazulla Karenina