Kamis, 05 April 2012

Akhiran Warna Selasar

Dominan
Menutupi
Menyebar
Menyeluruh
Sungguh...

Kami berdua adalah pemain warna yang hebat
Pendeskripsian kami tentang warna
memang tak berujung
Tapi adalah kami yang hebat
Berusaha melengkapi warna
Berusaha melengkapi warna
Membubuhkan setitik atau ribuan titik warna
Hingga menjadi satu kesatuan padu

Sungguh - sungguh tak mengira
bahkan tak terduga, lelaki itu pemain ulung
tak sepandai diriku
tak banyak berucap jadinya aku
melihat lihai-nya dia membubuhkan warna

Aku rasa, Kami adalah pemain yang cocok
Aku rasa, atau sepenebakkanku inilah

Akhiran Warna Selasar

- K.O.A dan A.O.K -
 

Selasar Berwarna Selasar

Sepersekian langit menghentikan Awannya
 Membuat kumparan Awan yang sedikit gelap
Lalu tercipta warna Jingga membelah
Tidak kusangka selasar ini begitu indah
Wangi dan sangat menyegarkan mata
Berbeda jauh dengan Selasarku
Apalagi diluaran selasar kami
Pantas saja dia selalu gembira
Tak ada duka dan lara
Rasanya aku ini betah
Ingin pula memainkan warna disini
Hingga bercampur dengan miliknya

Apa dia mau?
Apa boleh?

Pelan kutelisik ronanya
Semakin mengasyikkan
Semakin menggoda untuk dinodai
Selasar berwarna selasar
Warna yang tercipta adalah warna
Dari pada pemilik yang memancarkan
Selasar memang sejuta warna
Selasar memang warna

Pasti akan kucampuri selasar ini dengan permainanku..
 

Selasar Akhir Selasar

bukan kemauanku.
bukan pula keinginanku.
berhenti disini bermain.
berhenti disini menggambarkan duniaku.
 
aku tak hanya ingin membuang waktu.
hingga kau selalu menungguku.
 
selasar sejuta kenangan.
selasar sejuta gambar dan warna.
selasar sejuta perasaan pula.
 
kini aku mencoba merapikan rupaku.
melepas topeng sementaraku ini.
berkaca dan sedikit menoleh kearahmu.
kebagian selasarmu.
 
sempat kulihat selasarku ini.
sedikit tampak tak rapih.
yang pasti dari bagian punyamu.
 
sebanyak aku berkemas, semakin deras peluh.
makin kupersiapkan, semakin tak jelas.
aku mencoba memakai pakaian terbaikku.
tak pantas.
karena keseringan aku menggunakan yang lusuh.
yang pantas dan klop dengan topengku ini.
 
waktu, hari, hujan, warna, gerak
dan sejuta hasil pemikiran dalam Selasar ini.
 
saat aku berperilaku.
meninggalkan tempat ini.
dan berjalan kearah bagianmu.
 
tegakkan dada.
pastikan langkah.
semoga tercipta.
 
 
Kirana Oakisetya Abrahamis  

Selasar Datang Selasar

sudah kukira, kau akan mengetuk bagianku,
sudah kukira semua,
tapi ada satu yang janggal,
mengapa rupamu beda?
berbeda dengan seperti biasanya,
berbeda seperti saat kau membuat warna,

kukira kau ini aneh,
kukira pula kau ini gila,
sepersekian kedipan mataku,
kadang kau murung,
kadang kau tersenyum lepas,

sedikit kusarakan bahagia yang terpancar,
dari gerak tubuhmu,
dari rona mukamu,

mengapa?

apa karena aku?

tapi tak jadi berapa soal,
dan pasti sekarang tak ada jawab,
jika aku tanyakan,

cukup senang kau datang,
kuharap lama,
tak terburu-buru,
karena aku banyak pertimbangan,
untuk sekali membuka bagianku,

betapa beruntung kamu,
atas kejenuhanku menunggu,
atas hebatnya kau memainkan warnamu,

tersenyumlah,
jangan murung seperti itu,
apa karena aku?
yang kurang?

Andalusia Odittazula Karenina